Fotografer Dadakan yang Merusak Suasana Sakral Pernikahan

Berkeliling diseputar meja ijab kabul, menghalangi undangan yang juga ingin menyaksikan dan merusak dokumentasi sang pengantin.
Berkeliling di seputar meja ijab kabul, menghalangi undangan yang juga ingin menyaksikan dan merusak keindahan dokumentasi sang pengantin.

 

Disaat peralatan digital belum menguasai peralatan fotografi, saya lebih menikmati profesi saya sebagai fotografer, khususnya fotografer dokumentasi seperti pemotretan pengantin, ulang tahun, sunatan dan sebagainya. Kini dengan semakin canggihnya peralatan fotografi digital yang tidak hanya khusus dalam bentuk kamera, tetapi juga menjadi pelengkapan standar gadget canggih seperti telepon genggam dan tablet, kenikmatan saya itu semakin berkurang.

Sebagai contoh kasus misalnya, ketika masih memakai kamera konvensional yang memakai bahan baku film celuloid, saya bisa mengabadikan sebuah acara pernikahan dengan lebih leluasa. Karena area sekitar upacara pernikahan boleh dikatakan saya kuasai sendiri tanpa ada orang lain yang memasukinya selain yang terlibat langsung dengan acara tersebut. Kalaupun ada itu mungkin juru kamera video, atau kadang-kadang satu atau dua fotografer dari pihak keluarga. Saat itu area upacara akad nikah boleh dikatakan bersih dari orang yang berdiri di sekitarnya, sehingga para tamu maupun undangan lain serta keluarga kedua belah pihak bisa menyaksikan jalannya upacara tanpa terhalang pandangannya dari tempat duduk ke area upacara, sayapun bisa bergerak bebas untuk mendapatkan sudut pengambilan foto yang baik dan komposisi foto yang enak dipandang.

Kini, dengan semakin maraknya telepon genggam atau tablet digital yang bisa memotret dan merekam video, area upacara ijab kabul pengantin sudah seperti area tukang jual obat di kaki lima, dimana orang berkerumun mengelilinginya, walau mungkin dalam jumlah yang agak terbatas, tapi setidaknya telah mengurangi ke sakralan acara ijab kabul antara pengantin laki-laki dengan ayah atau wali pengantin perempuan. Begitu acara ijab kabul akan dimulai, mereka yang mempunyai telepon genggam berkamera, tidak terbatas dengan orang dewasa, anak muda dan bahkan juga anak-anak, ikut berkerubung mengelilingi area upacara. Semua ingin mengabadikan acara sakral tersebut, tapi kehadiran mereka yang kadang berjubel justru merusak kesakralan acara yang sedang berjalan. Padahal dokumentasi yang mereka abadikan itu hanya untuk kesenangan pribadi sang pemilik gadget.

Fotografer resmi yang harus mengabadikan upacara tersebut untuk dokumentasi yang mungkin hanya terjadi seumur hidup bagi kedua pengantin, sering berebut tempat strategis dengan para fotografer dadakan ini. Mereka tidak sadar bahwa kehadirannya di sekitar tempat upacara, juga akan terekam di kamera fotografer dan kamera video, dan itu sudah pasti akan merusak keindahan pemandangan di sekitar tempat upacara. Fotografer maupun juru kamera video juga tidak bisa bergerak leluasa mencari sudut pemotretan yang baik untuk mendapatkan komposisi foto yang bagus. Begitupun para tamu yang hadir maupun dari pihak kedua keluarga pengantin, justru tidak bisa mengikuti acara tersebut dengan khidmat, karena pemandangan mereka ke tempat upacara sudah ditutupi oleh para fotografer dadakan ini.

Sering saya mengurut dada dan menarik nafas panjang karena kesal dengan ulah fotografer dadakan ini, apalagi misalnya saat penanda tanganan berkas-berkas upacara. Posisi para penanda tangan berkas ini berada di empat sisi meja, kedua pengantin berada di satu sisi berhadapan dengan pak penghulu petugas Kantor Urusan Agama dan ayah atau wali pengantin wanita yang berada di sisi seberang meja. Disisi kiri dan kanan terdapat masing-masing satu saksi dari keluarga pengantin wanita dan satu saksi dari pengantin pria. Saat dilakukan penanda tanganan berkas upacara, saya harus berpindah tempat untuk mendapatkan sudut pemotretan yang tepat, agar para penanda tangan ini bisa tercover dengan baik. Tapi kehadiran para paparazzi ini membuat pergerakan saya dalam memotret penandatanganan berkas ini jadi terhalang, sehingga sering saya mendapatkan hasil foto yang kurang baik dari sudut pengambilan dan komposisi foto, tapi mau bagaimana lagi? huuuuh…..

Bagaimana dengan teman-teman pembaca sekalian? Semoga Anda semua bisa mengambil hikmah, pelajaran atau inspirasi dari apa yang saya tulis ini. Saya yakin kita tidak akan pernah jauh dari pergaulan sosial, dan saya berharap pula teman-teman semua bisa bertindak bijaksana bila berada dalam situasi yang saya ceritakan diatas. Mari menahan diri dari keinginan yang hanya untuk kepentingan pribadi, namun berakibat kurang baik bagi orang lain, atau tuan rumah yang mengundang kita. Kalau seandainya Anda bagian dari tuan rumah, biarkanlah kami yang bertugas saja yang berada di sekitar tempat upacara, agar kami bisa memberikan hasil terbaik dari profesi kami untuk Anda semua.

Salam…

 

 

Join the Conversation

46 Comments

  1. Setuju Pak..
    Fotografer dadakan kdg bikin suasana jd ribet krn mereka suka ambil foto yg posisi nya justru ngalangin prosesi jalan nya suatu acara.

  2. Hadirnya teknologi fotografi yg semakin mudah untuk digunakan menjadikan setiap orang fotografer dadakan
    . antara memang niat ambil gambar atau sekedar menunjukkan gadget yg dimiliki

  3. Aduuuh betul sekali, motret2 ini memang sptnya kesenangan pribadi dan refleks orang2 masa kini untuk menjadikan banyak hal obyek foto. Padahal belum tentu orangnya mau fotonya tersebar di mana-mana.

  4. Sering banget keganggu om. Kalau sudah jengkel aku sering bilang begini, “Mas/mbak, yang jadi fotografer sampea atau saya?” Agak kurang enak sih bilang begitu. Tapi kepuasan klien kan yang paling utama 🙂

  5. Bener banget nih, bahkan pas ijab kabul bkn cuma ngerubungin buat moto tapi jg videoin, duh lama nian menghalanginya dan ganggu pandangan pula.
    Tapi biasanya ini terjadi di ijab kabul di rumah atau yg panitianya keluarga jd disiplinnya longgar, kalo yg di ballroom hotel jarang yg pas sepanjang ijab kabul berdiri fotoin atau videoin, masih lumayan khidmat.

  6. sangat menggangu, untung pas nikahku dulu.. g smp kejadian, ngumpul smp penuh di deket ijab qobul.. crew mesti nambah neh, bukan sekedar lighting aj, tapi ada crew “pengusir” hehe..biar lebih kondusif..

  7. Bener banget tuh,sekarang banyak yang “mengganggu”.
    Seharusnya sih fotografer didahulukan,kalau untuk yang lain bisa menunggu giliran/dibelakang fotografer aja.

  8. Atas nama kebaikan, next time fotografer yg resmi disewa oleh pihak pengantin harus menyampaikan persoalan seperti ini jd pas acara MC nya bsa announce dulu & memang hak fotografer utk tegas sm mereka. Krn hasil jelek fotografer jauh lebih berdampak daripada hasil bagus jepretan mereka…. Nice artikel ayah 🙂

  9. turut miris..gemes.., tp memang sebelum acara dimulai harus ada ketegasan dari pihak panitia / mc nya ya.., bahwa jika ingin mengabadikan acara hanya boleh mengambil foto dari tempat yg telah disediakan (tempat duduk) dan area sakral harus betul2 steril.., semoga ya.. empati kita bisa mjd perhatian, salam semangat Kang.., ^.^ мαтυя ηυωυη..

  10. Iskael:
    Kalau niatnya membantu, sebaiknya justru membantu mengingatkan mereka yang mengganggu jalannya upacara itu, agar petugas dokumentasi tidak terhalangi dan dapat menunaikan tugasnya dengan lancar.

  11. Betul Bung Dafhy, Saat diberi tahu mereka nyolot mengatakan bahwa mereka keluarga pengantin! Sehingga tindakan tegas kadang terpaksa harus dilakukan agar kita dapat melaksanakan tugas dengan baik.

  12. Ratna Dewi:
    Dari pengalaman saya selama ini, tidak di rumah saja, di gedung atau ballroom hotelpun kejadian ini tetap ada. Hanya saja kalau di gedung atau di hotel kita lebih mudah mengatur mereka dengan minta bantuan security untuk memberikan mereka pemahaman dan menyuruh mereka menghindar dari lokasi acara.

  13. Dara:
    Adakalanya kita memang butuh bantuan tenaga ekstra untuk menyuruh mereka menjauh dari area ring 1. Sehingga acara bisa berlangsung dengan baik dan khidmat dan dokumentasi yang didapatkan juga bagus.

  14. Ichaimutenan:
    Tadinya saya juga mau bikin status tentang hal yang sama di FB. Tapi saya pikir dengan menuliskannya di blog mungkin akan lebih mengena dan lebih mudah untuk dipahami situasinya. Karena kalau di status sehari dua hari sudah hilang ketimpa status yang baru, sementara kalau di blog bisa lebih awet.

  15. Benar Mas Domo, disamping mengganggu, kehadiran mereka membuat foto dokumentasi yang kita sajikan jadi berkurang nilai estetika dan keindahannya. Karena mereka juga ikut sebagai figuran yang tidak dikehendaki di foto yang kita abadikan.

  16. Cindy:
    Mereka mana peduli dengan fotografer resmi, yang penting baginya ikut nimbrung ke semakin dekat ke tempat acara, masa bodoh dengan yang lain! Seakan mereka juga orang penting yang juga harus hadir disana.

  17. Zaitun Hakimiah:
    Mengejar update status, hehehe…. biar kehadirannya selalu terlihat ada dimana-mana. Sayangnya dengan mengganggu kesakralan acara yang berlangsung dan merusak pemandangan disekitar area Ring 1. 🙁

  18. Yunus:
    Masukan yang inspiratif! Saking sibuknya dan konsentrasi penuh pada acara yang berlangsung, sering lupa untuk melakukan himbauan dan pemberitahuan ini. Sehingga sering terbawa arus pada suasana semrawut yang sebenarnya merugikan fotografer resmi, karena berdampak pada hasil akhir dokumentasi acara.

  19. Matur nuwun Dwi Permitasari.
    Pengaturan yang agak ketat bisa dilakukan kalau acaranya di gedung atau ruang resepsi hotel. Tapi kalau acara berlansung di rumah, agak sedikit repot karena lokasi yang sering sempit sehingga susah mensterilkan area ring 1 ini. Tapi masukan Anda akan saya ingat bila mendapatkan lagi acara yang sama nantinya.

Leave a comment

Tinggalkan Balasan ke Dian Kelana Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.