Merantau ke Pekan Baru (27)

Bosan duduk di tangga, aku turun dan masuk kedalam oloh, melihat kesibukan para tukang yang sedang bekerja itu lebih dekat. Aku berpindah-pindah dari bangku yang satu ke bangku yang lain. Setiap bangku di isi satu tukang, dan setiap tukang membuat perabot yang berbeda. Tidak setiap tukang bisa mengerjakan semua pesanan, tergantung pengalamam dan masa kerja […]

Merantau ke Pekan Baru (26)

Aku duduk ditangga dekat pintu yang menuju rumah mak Linuh. Sejak di kampung, duduk di anak tangga paling atas rumah gadang, yang dikampung dinamai kapalo janjang, adalah kesenanganku. Dari sana aku bebas mengamati orang-orang yang bekerja di halaman rumah maupun di dapur, atau kesibukan kakak-kakakku membantu umi menumbuk kopi dibawah pohon manggis. Tapi kesenanganku ini sering menjadi […]

Merantau ke Pekan Baru (25)

Setelah beberapa lama tinggal bersama kakakku anduang Ipah dan anduang Pidan di Pasar Bawah, aku di jemput oleh kakak laki-lakiku tuan Salim, dan di ajak ketempat tinggal yang juga sekalian tempat dia bekerja di Sukajadi. Dengan menumpang oplet, kami berangkat dari pasar bawah menuju Sukajadi. Tidak sampai satu jam, kami tiba di Sukajadi. Turun dari oplet, sebelum […]

Merantau ke Pekan Baru (24)

Tinggal bersama kedua orang kakakku, merupakan pengalaman yang sangat menyenangkan bagiku. Tinggal di kota dengan berbagai macam keadaan dan situasinya, tadinya hanyalah ada dalam bayangan dan angan-anganku, dari cerita-cerita orang-orang kampungku yang pulang dari rantau. Kini bersama kedua kakakku aku mengalaminya sendiri. Walau kami tinggal pada sebuah kamar yang ukurannya hanya sebesar rumah saruang, tempat […]

Merantau ke Pekan Baru (23)

Gara-gara bermain di panas terik setengah hari di sungai Siak, malamnya badanku meriang. Anduang Ipah maupun anduang Pidan kebingungan. Kepalaku di kompres pakai kain basah, akupun di belikan obat, aku tidak tahu namanya. Tapi diantara obat itu satu diantaranya selembar kertas kecil yang ada lemnya yang kemudian ditempelkan di pelipisku, aku mendengar kakakku menyebut kertas […]