Saat itu awal tahun 1984. Saya berkunjung ke Rumah Sakit Sumber Waras, Jakarta, membezuk seorang teman yang juga kebetulan adalah pegawai rumah sakit tersebut. Setelah sampai di ruangan instalasi rawat inap dan ngobrol dengan sang teman, dia lalu mengatakan ada pasien baru yang datang dari Padang, sambil menunjuk tempat tidur pasien yang dia sebutkan tersebut.
Saya lalu mendekati pasien yang berusia lebih dari 50 tahun tersebut. Saya mengulurkan tangan untuk berkenalan, beliau menyebut namanya Muhammad Nur, datang dari Lirik, Air Molek, Indragiri Hulu, Riau. Bekerja sebagai security di PTSI. Sakit yang diderita saat itu yaitu adanya cairan di sekitar dada yang untuk mengeluarkannya harus dioperasi. Dari obrolan selanjutnya saya ketahui kalau beliau ke Jakarta hanya berdua dengan anaknya, seorang laki-laki yang usianya lebih tua beberapa tahun dari saya.
Melihat kondisi si bapak yang terbaring di tempat tidurtanpa ada yang menemani dan sang anak yang agak kebingungan karena baru kali ini menginjak Jakarta, sorenya saya bezuk lagi. Saya datang membawa termos air, gelas, susu, telor setengah matang, madu dan beberapa lainnya lagi dan juga sebungkus nasi Padang buat anaknya. Sejak itu setiap jam bezuk saya bolak balik ke RS Sumber Waras serasa membezuk orang tua sendiri, hingga si bapak selesai operasi.
Selesai operasi, bapak Muhammad Nur dan putranya kembali ke daerah asal mereka Lirik, Indragiri Hulu. Beliau memang tidak sempat pamitan, karena saat berangkat pulang, belum lagi jam bezuk, sehingga ketika saya datang waktu jam bezuk beliau dan anaknya sudah tidak ada lagi. Karena saat itu belum ada alat komunikasi seperti sekarang ini, maka hubungan kami pun terputus begitu saja.
Saya baru menghubungi beliau lagi saat datangnya hari raya Idulfitri beberapa bulan kemudian dengan mengirim kartu lebaran. Waktu ingin mengirim kartu lebaran itupun saya agak kebingungan, karena saya tidak mempunyai alamat lengkap beliau. Lalu saya nekad saja mengirimkan kartu lebaran tersebuat hanya dengan menuliskan alamat Bapak Muhammad Nur dengan alamat PTSI, Lirik, Air Molek.
Rupanya kekhawatiran saya itu berbalas sebaliknya, karena beberapa hari kemudian saya mendapat balasan kartu lebaran dari beliau, tapi nama perusahaannya telah berubah, tidak lagi PTSI tapi Pertamina UEP Lirik.
Rupanya pihak PTSI membantu memberikan kartu lebaran yang saya kirim itu kepada beliau, karena memang kantor PTSI dan Pertamina Lirik itu berdampingan. Sebab area yang di pakai Pertamina tersebut tadinya adalah area milik PTSI yang kemudian diserahkan kepada Pertamina, karena sebagian dari ladang minyak yang dioperasikan oleh PTSI telah habis masa kontraknya dan tidak diperpanjang lagi, sehingga harus diserahkan kepada Pertamina berikut para pegawainya, termasuk diantaranya pak Muhammad Nur yang bekerja sebagai petugas security.
Rupanya apa yang saya lakukan terhadap pak Muhammad Nur itu tidak terlepas dari tatapan Penguasa Alam Semesta. Berapa waktu kemudian saya punya kesempatan ke Lirik, menunaikan tugas yang diberikan kepada saya. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya di sini
Dalam perjalanan pertama dalam seumur hidup saya naik pesawat Garuda, saya jalani dengan penuh rasa syukur. Kenapa tidak, dilihat dari sisi manapun saya tidak akan mungkin bisa naik pesawat terbang, dilihat dari pendidikan saya hanyalah tamat Sekolah Dasar, miskin dan yatim piatu, penghasilan pun hanya cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, serta tak punya saudara kaya yang bisa diandalkan untuk minta bantuan finansial.
Sepanjang perjalanan lewat udara pertama kali dalam hidup saya itu, yang terbersit hanyalah pujian dan rasa syukur kepada ilahi, sambil sesekali membatin beginilah rasanya jadi orang kaya, bisa naik pesawat Garuda kemanapun pergi.
Saat transit di bandara SMB II Palembang, saya menyambung perjalanan menuju Lirik dengan pesawat Merpati, kembali rasa haru menyelimuti saya, di samping itu satu tanda tanya besar juga menyentuh hati saya, apakah saya akan bertemu dengan bapak Muhammad Nur? Benarkah PTSI yang dia sebutkan itu adalah perusahaan yang sama dengan tempat saya bekerja saat ini? Bermacam pertanyaan bergejolak di hati saya, yang tak lama lagi akan mendapatkan jawabannya.
Pesawat Merpati yang saya tumpangi mendarat dengan mulus di lapangan terbang Japura, Lirik. Turun dari pesawat penumpang berjalan menuju ruang kedatangan. Ketahuan sebagai orang baru, saya disapa seorang laki-laki berbadan cukup tegap.
“Pak Hasjmi?”
“Ya, pak…!” kata saya sambil membalas uluran tangannya.
“Saya Masrun” katanya memperkenalkan diri. Selanjutnya sambil ngobrol dia mengajak saya menuju lapangan parkir. Sebuah Jeep CJ5 menunggu kami, sama seperti yang saya naiki saat dapat tugas ke Palembang dan Pendopo.
Diatas Jeep CJ5 yang kami naiki, kami lanjut ngobrol. Rupanya pak Masrun ini adalah kepala Security perusahaan yang cukup dikenal oleh penduduk setempat. Sehingga setiap berpapasan ada saja yang menegur dia, sambil menegur atau hanya sekadar mengangkat tangan.
Dalam perjalanan dari bandara menuju kantor itulah saya menanyakan apakah dia mengenal bapak Muhammad Nur, petugas security PTSI Lirik. Saya ceritakan juga bagaimana awal perkenalan saya dengan yang bersangkutan. Jawaban pak Masrun ini benar-benar melegakan saya, dia tidak hanya mengenal bapak Muhammad Nur, tapi juga adalah rekan kerjanya di PTSI Lirik.
Dari sini pulalah saya baru tahu kalau PTSI itu singkatan dari PT Stanvac Indonesia. Sementara di kantor Jakarta kami menyebut nama perusahaan tempat kami bekerja tersebut sebagai Stanvac saja. Tapi saat pak Masrun mengatakan bahwa bapak Muhammad Nur tidak lagi di Stanvac, tapi sudah pindah ke Pertamina, kegembiraan yang tadi saya rasakan sedikit menciut dan rasa kecewa tiba-tiba merasuk ke hati saya. Karena harapan untuk bertemu dengan bapak Muhammad Nur kembali mengambang.
Rupanya keheningan dan perubahan raut muka saya sejenak tersebut terbaca oleh pak Masrun, sehingga dengan cepat dia menimpali.
“Tapi pak Hasjmi tenang saja, karena kantor kita bersebelahan, kok…”
Jawaban pak Masrun yang bisa membaca suasana hati saya tersebut, tentu saja membuat hati saya kembali lega. Sehingga obrolan kami kembali berlanjut dengan penuh semangat seperti orang yang sudah berkenalan lama.
Rupanya pak Masrun ini benar-benar ingin memberikan kejutan kepada saya. Saat kami sampai di area perkantoran dia tidak mengajak saya melapor lebih dulu ke Area Manager maupun atasan saya Area PA Manager, tapi malah membelokkan mobil ke halaman kantor Pertamina.
Rupanya Allah benar-benar memberikan kejutan yang seakan tidak ada putusnya kepada saya, karena begitu saya sampai di halaman kantor Pertamina, bapak Muhammad Nur, sosok yang kami bicarakan tadi segera menyongsong kedatangan kami, dari jauh saya tersenyum kepadanya, tapi rupanya beliau belum begitu jelas melihat wajah saya yang tertutup oleh kaca mobil. Begitu mobil berhenti pak Muhammad Nur lebih dulu menyalami pak Masrun, sementara saya segera turun dari mobil dan berjalan memutari mobil menuju ke tempat pak Muhammad Nur berbicara dengan pak Masrun.
Begitu saya mendekat dan bapak Muhammad Nur melihat wajah saya, baru beliau terkejut dan tak menyangka yang datang bersama pak Masrun itu adalah saya. Saya mengulurkan tangan sambil tersenyum dan mengucapkan salam. Sementara dia, kaget dan tidak menyangka sama sekali akan bertemu saya.
Dalam keterkejutannya tersebut saya melihat rona wajah bapak Muhammad Nur tersebut sedikit berubah dari sebelumnya, sepertinya menyiratkan ada rasa kecewa tidak bisa tidak bisa mengajak saya bertemu keluarganya di Air Molek, karena dia sedang bertugas dan dia tidak bisa meninggalkan tempat tugasnya karena saat itu dia hanya bertugas sendiri. Tapi saya segera mengobati kekecewaannya dengan mengatakan masih ada waktu untuk bertemu dan berkunjung ke rumah dia dan bertemu keluarganya.
Setelah ngobrol beberapa saat, kami lalu pamit untuk segera ke kantor dan melaporkan diri bahwa saya telah sampai dan siap melaksanakan tugas. Dalam perjananan singkat menuju kantor kami yang bersebelahan itu, saya membatin. Jadi inikah balasan berlipat ganda yang diberikan Allah kepada saya atas apa yang telah saya berikan kepada bapak Muhammad Nur? Wallahu’alam bissawab. Hanya Allah yang maha tahu.
Artikel ini juga saya tulis untuk menjawab sebuah pertanyaan di Quora