Perang, selalu meninggalkan duka pilu, apalagi bagi mereka yang jadi korban tak berdosa. Itulah yang terjadi pada sebuah keluarga dengan 6 anak yang masih di bawah umur. Fitnah telah merenggut sang bunda dari tengah keluarga, sehingga anak-anak yang tak berdosa itu, yang diantaranya masih balita, harus kehilangan bunda. Dibunuh oleh mereka menganggap dirinya berhak menghilangkan nyawa manusia tanpa melalui proses hukum.
Kehidupan bahagia yang walaupun sederhana, harus berakhir di ujung senjata. Tanpa tahu di mana kuburan sang bunda tercinta. Namun kehidupan harus terus berjalan, karena itu adalah kodrat yang di berikan Sang Maha Pencipta.
Seorang Balita di Tengah Pergolakan PRRI. Sebuah novel, dengan latar belakang pergolakan PRRI di Sumatera, khususnya Sumatera Barat. Sebuah kisah sejarah yang tak terdokumentasikan, namun memiliki saksi hidup, bagaimana kekejaman sebuah perang saudara yang tak seimbang, terjadi di negeri yang saat itu baru 13 tahun merdeka. Sebuah pergolakan menentang ketidakadilan pemerintahan Presiden Soekarno, dalam membangun negara yang baru merdeka. Tuntutan akan keadilan dan pembangunan yang merata, dijawab Soekarno dengan mengirim tentara ke Sumatera, dan menganggap pergolakan yang dikomandani oleh Safrudin Prawiranegara itu sebagai sebuah pemberontakan yang harus ditumpas dengan senjata, bukan dengan sebuah dialog sebagai anak bangsa yang bermartabat.
Buku pertama dari sebuah Novel Tetralogi yang mengungkapkan, bagaimana seorang balita bungsu di tengah keluarga, merekam semua kejadian yang berlangsung di depan matanya, maupun pengalaman hidup yang dialami setelah perang berakhir, tanpa didampingi kedua orang tua, serta berpisah dengan saudara-saudaranya, yang hidup merantau dengan nasibnya masing-masing.
