Embun pagi terasa meresap ke kulit, saat saya bangun subuh dan berjalan menuju mushalla. Kembali pikiran saya melayang ke kampung halaman. Dimana suasana seperti ini adalah keadaan yang kami alami sehari-hari.
Selesai shalat subuh, saya kembali ke barak. Teman-teman sudah bangun semua, walaupun beberapa diantaranya masih bersembunyi di balik selimut. Saya mengambil Lumia yang sudah habis baterainya, lalu menanyakan secara acak siapa yang punya charger BB, karena Lumia saya konektor chargernya sama dengan BB. Salah seorang teman menjawab silakan memakan charger dia yang ada dekat stop kontak di belakang TV. Saya lalu menuju meja TV yang terletak di ujung ruangan, dan melihat charger yang dimaksud yang memang tengah menganggur.
Saya sedikit bingung juga, mau mengapa saat itu. Teman-teman yang sudah bangun, sudah asyik online dengan gadget masing-masing. Saya lalu berkata kepada salah seorang diantaranya yang saat ini saya lupa namanya, kalau dia sudah selesai online saya mau meminjam laptopnya sebentar untuk sekedar melihat status di FB, suatu hal yang kemudian harus saya sesali, karena keasyikan fesbukan, saya kehilangan momen indah terbitnya matahari di puncak bukit Cileunca itu.
Setelah sarapan, jam delapan lewat beberapa menit kami rombongan Dewaseo mulai meninggalkan barak grouphousecileunca. Acara hari ini adalah permainan perang-perangan Paintball dan melayang pada seutas tali baja dalam permainan Flying Fox.
Paintball
Dengan dipandu petugas lapangan, kami menuju bukit Hutan Bahong. Melewati jalan berliku-liku dengan pemandangan kebun teh maupun kebun sayur-sayuran yang menyejukkan mata. Hanya sekitar sepuluh menit, kamipun sampai di lokasi. Hutan pinus yang sangat ideal untuk acara perang-perangan Paintball dan juga sekaligus Flying Fox. Bukit dengan kemiringan bervariasi antara 10 hingga 45 derajat itu, dengan rumput yang tidak telalu tinggi, serta pohon pinus yang banyak diantaranya melebihi sepelukan orang dewasa, dan tumbuh acak menjulang tinggi keudara pada jarak yang tak beraturan. Sungguh merupakan suatu tantangan yang menarik untuk ditaklukkan.
Sampai di lokasi, kami sudah ditunggu oleh petugas penyelenggara kegiatan yang tengah mempersiapkan peralatan. Rupanya kami adalah rombongan pertama yang sampai di sana. Acara pertama pagi itu adalah permainan perang-perangan paintball.
Setelah semua teman berkumpul, penyelenggarapun membeikan pengarahan. Rombongan kami yang 19 orang di bagi menjadi dua group. Seperti dalam acara Rafting kemarin, hari ini saya juga tidak ikut sebagai pemain, karena berkonsentrasi untuk mengabadikan permainan ini dengan kamera saya. Sehingga satu grup pas berisi masing-masing 9 orang.
Selesai pembagian grup, setiap peserta dibagikan pakaian tempur ala tentara, berikut helm goggle, senjata dengan peluru bulat yang mudah pecah berisi cat. Masing-masing pesera dibekalai 40 butir bola cat sebesar kelereng. Peperangan saat itu adalah memperebutkan sebuah bendera berwarna kuning yang dipancangkan di tengah medan tempur perbukitan berpohon cemara. Setelah semua peserta masuk ke medan tempur dan mendapat pengarahan. Saya sendiri lalu mencari tempat yang agak tinggi, untuk mengabadikan semuanya itu. Saya beruntung mendapatkan sebuah tempat strategis untuk mengabadikan pertempuran itu, dari sebuah panggung dari papan yang dibentangkan diantara dua pohon cemara, sekitar 2,5 meter dari tanah.
Dari panggung itu saya bisa mencover seluruah area permainan. Sesaat kemudian wasitpun membunyikan peluit sebagai permainan di mulai. Maka terlihatlah para pemain yang berbaju loreng tentara itu menyebar, tiarap, berdiri di balik pohon cemara sambil mengintai dan menembak. Korbanpun berjatuhan dari kedua belah pihak dari grup hijau maupun grup coklat. Bagi yang terkena tembakan dan cat mewarnai pakaiannya, merekapun lalu keluar dari arena permainan. Sementara pertempuran berlanjut terus hingga babak pertama usai.
Dibababak kedua pertempuran semakin sengit, namun masih berimbang, hingga suatu ketika komandan regu Hijau Argun berhasil meraih bendera kuning, namun belum sempat dia menyelamatkan benderanya, Argun kena tembak dan bendera berhasil direbut Amalia Mukaroma salah seorang pemain regu Coklat, lalu dibawa berlari ke Basecamp grup Coklat dibawah hujan tembakan regu Hijau, namun karena regu Coklat juga berhasil menghadang, bendera kuning itupun lolos. Di basecamp regu Coklat, para pemainnya menyambut kedatangan bendera kuning dengan bersorak gembira, saat itupun peluit wasit berbunyi sebagai tanda permainan usai, dengan kemenangan di pihak regu Coklat. Argun sempat memprotes kemenangan regu Coklat itu, karena pemain regu Coklat menembak dia kurang dari jarak 5 meter sesuai peraturan. Tapi wasit tetap mengesahkan kemenangan regu Coklat.
Setelah seru-seruan dengan Paintball, permainan beralih ke Flying Fox. Arena permainan Paintball itu semakin ramai, karena ada dua rombongan besar yang baru datang untuk bermain. Sementara teman-teman berganti pakaian tempur Paintball, saya mengambil kesempatan untuk tampil pertama bergelantung di kawat baja, meluncur sepanjang 180 meter. Ini saya lakukan agar nanti saya bisa berkonsentrasi lagi mengabadikan teman-teman yang tampil berikutnya. Namun keputusan saya tampil pertama ini, ahirnya harus saya sesali. Ini disebabkan karena petugas yang mengatu peluncuran tidak terbuka kepada saya dan memberikan penjelasan peluncuran seperti apa yang harus saya lakukan, tapi membiarkan saja saya meluncur apa adanya seperti anak kecil bergelayutan pada seutas tali.
Flying Fox
Walau belum pernah mencoba permainan Flying Fox ini, saya tidak merasakan kecemasan atau ketakutan untuk tampil yang pertama. Karena saya sudah sering melihat permainan ini melalui berita di TV, maupun melihat fotonya di media lainnya, seperti majalah, surat kabar maupun internet, sehingga itu membantu menghilangkan kecemasan dan ketakutan saya.
Saat menuju tempat peluncuran, saya hanya mencoba bersikap tenang dan berkonsentrasi. Saya membiarkan petugas peluncuran memasang sabuk pengaman ke tubuh saya tanpa bertanya ini itu. Karena saya sudah yakin dengan keahlian mereka.
Karena ketidak tahuan saya bagaimana menikmati permainan Flying Fox ini, saya hanya bergantung begitu saja saat saya di lepas dari peluncuran dengan kaki sedikit di tekuk kebelakang. Seperti seorang anak kecil bergantung di ayunan selembar tali. Inilah yang saya sesalkan, karena petugas tidak menawarkan atau menanyakan saya akan meluncur seperti apa. Seperti teman-teman yang meluncur dibelakang saya, justru bisa menikmati peluncuran dengan berbagai gaya. Sebal…
Selesai meluncur di ujung kabel, saya kembali ke garis start. Lalu membiarkan lagi para petugas melepaskan sabuk pengaman yang melekat di tubuh saya. Selanjutnya saya mengambil kamera yang sebelumnya saya titipkan kepada salah serang teman, lalu mencari tempat yang strategis untuk mengabadikan teman-teman yang meluncur selanjutnya, hingga semua ikut melunccur, kecuali Fitri Rosdiana serta Dann Julian yang tingal di barak menikmati tidurnya, karena tidak bisa tidur semalaman.
Selesai menikmati Flying Fox, kami kembali ke barak grouphousecileunca. Sampai di barak, kami harus segera pindah kebarak lain yang kosong dan berbentuk rumah, untuk mempersiapkan diri untuk kembali ke Bandung, karena barak yang sebelumnya kami tempati akan dirapikan untuk tamu baru yang akan datang.
Setelah semua berbenah rapi dan shalat zuhur, mendekati jam 1 siang kami meninggalkan grouphousecileunca, kembali menuju Bandung dan seterusnya kembali ke rumah masing-masing. Sayapun dari Terminal Leuwi Panjang menumpang bus menuju Jakarta, dengan membawa kenangan yang tak akan terlupakan.
Foto lengkap Paintball ada di sini:
https://www.facebook.com/media/set/?set=oa.1420864184796625&type=1
Foto lengkap Flying Fox ada disini:
https://www.facebook.com/media/set/?set=oa.1420947021455008&type=1
Heheheehe 😀 sososk itu tertangkap kamera di Barak penginapan… hahahaha 😀
Sedih namaku nggak diinget Ayah.. he 😀 Ane Abdullah Ayah, waktu itu yang minjemin aya Netbook.. wk 😛
gambar saya yang lagi nembak itu sangat bagus sekali….
MF Abdullah
Sebenarnya saya ragu dan takut kalau terjadi salah penyebutan, makanya saya tidak menyebutkan nama siapapun, agar tak terjadi salah paham.
Maaf ya, ayah yang pelupa ini, maklum sudah kakek-kakek… 🙂
Eduard de Grave
Jepretan yang cuma satu-satunya itu memang jeretan keberuntungan, karena dari sekian banyak foto yang saya ambil, itulah satu-satunya yang memperlihatkan semburan gas yang mendorong peluru keluar dari laras. Untungnya jaga kamu saat itu tidak jauh dari tempat saya memotret, sehingga hasilnya begitu bagus.
iya bener momennya pas ya yang edo lagi nembak … good job sir!
wah seru nya main game2 macam ini, jadi pengiiiiin
Ade Truna
Keberuntungan dan nasib baik 🙂
Aisy Laztatie
Ayo buruan pulang, nanti pergi kesana 🙂