6 Tahun Mengabadikan Keseruan Teacher Writing Camp

 

Sang guru besarpun kejepit di tengah….

 

Sesuai dengan judulnya Teacher Writing Camp Batch 6, berarti sudah 6 kali pula saya aktif dalam kegiatan pelatihan kepenulisan untuk para guru ini.

Saya masih ingat ide awal diadakannya TWC ini. Saat itu kami dari Komunitas Blogger Bekasi baru saja mengadakan Training of Trainer untuk para guru, yang diikuti sekitar 300 orang guru yang diadakan di Training Center Indosat, Jatiluhur, Purwakarta. TOT ini juga adalah puncak dari beberapa training untuk guru yang pernah diadakan sebelumnya. Dengan diadakannya TOT ini, kami mengharapkan para guru yang ikut jadi peserta akan menjadi mentor kepenulisan di sekolah masing-masing. Namun sampai dimana tindak lanjut atau kesinambungan kegiatan di masing-masing sekolah yang bersangkutan, belum ada data yang bisa menjadi rujukan.

Serius tiga gaya… 🙂

 

Sang komandan tetap siaga memandang ke depan….

 

Woooiiii, yang di sanaaaa….. jangan serius meluluuuuu….

Wijayakusumah alias Omjay, si pencetus ide, lalu mengajak beberapa teman yang bisa menampung idenya. Gayung bersambut, maka terkumpullah beberapa teman, diantaranya selain Omjay: Namin AB Solihin, Bhayu Sulistiawan, Juli Dwisusanti, Yulef Dian Bustanudin, Siti Mugi Rahayu, D’alia Halmahera, Betti Risnalenni, Tatang Surya Atmaja, dan saya. Ada beberapa nama lain yang saya sudah lupa. Sebagian dari mereka tidak ikut di TWC 6 ini karena kesibukan mereka di sekolah masing-masing.

Nama-nama yang saya sebutkan di atas ini semuanya adalah sarjana, minimal strata 1, malah ada yang sudah S2 berlevel Master di bidangnya, kecuali saya yang hanya lulusan sekolah dasar, yang begitu tamat langsung masuk universitas kehidupan, kuliah di sepanjang jalan yang dilewati, dan jam kuliahnya 24 jam sehari, tamatnya nanti bila malaikat Izrail telah mendekati dan menunaikan tugasnya, lalu menyandang gelar Almarhum. 🙂

Awassss… ada rapat gelap!!!

Enam kali TWC berjalan, begitu banyak hal yang saya dapatkan. Bertemu dengan orang-orang hebat di bidangnya. Para pakar pendidikan dengan segudang ilmu, para penulis dengan seabrek hasil karya, serta novelis dengan tumpukan buku hasil karyanya, juga wartawan perang yang pernah meliput perang di Timur Tengah dan negara lainnya, juga redaktur berita Metro TV, televisi berita pertama di Indonesia. Bahkan betemu dengan Sang Teroris yang berkeliling Indonesia, bahkan ke Hongkong, Taiwan, Malaysia dan beberapa negara lainnya, menyebarkan ilmu menulis.

Kalau para nara sumber TWC tersebut saya tuliskan nama-nama mereka semua disini, pasti akan memenuhi artikel saya ini. Bayangkan saja, kalau dalam satu TWC ada 10 nara sumber, maka saya akan menulis setidaknya 40 nama, kenapa? karena diantara nara sumber itu ada jadi pembicara tetap di setiap TWC. Seperti Omjay, pak Namin, pak Bhayu dan sebagainya.

Begitupun di TWC 6 ini. Baru saja banner TWC Batch 6 terpampang di group Kogtik dan group guru lain yang diadmini Omjay maupun pak Namin, saya langsung kontak Omjay bahwa saya siap membantu, yang di iyakan oleh Omjay.

Ada perundingan bisik-bisik….

Sebenarnya, sehabis dari acara Seminar Nasional dan Rapat Kerja Guru TIK dan KKPI yang berlangsung di Aula Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senayan, Jakarta, pada hari Selasa 27 Desember lalu. Saya sudah diajak oleh Omjay langsung ke Wisma UNJ. Sayangnya, karena saya belum membawa salinan cadangan, maka saya tidak jadi ikut bareng Omjay. Sayapun lalu pulang mengambil pakaian cadangan. Karena sudah kemalaman, saya tidak jadi pergi ke Wisma UNJ malan itu.

Pagi hari Rabu, 28 Desember. saya teringat dengan status ibu Yuzelma di FB yang mengatakan berangkat pagi Kamis dari Pekanbaru dengan pesawat Batik Air. Walau sudah sering ke Jakarta, tapi karena beliau belum pernah ke UNJ, saya lalu menawarkan diri untuk menjemput beliau ke Bandara Soekarno Hatta dan bareng ke UNJ.

Aduhh…. jangan kencang-kencang teriaknya pak! kaget sayaaaa….

Agar tidak terlambat ke Bandara karena jauh dari Kunciran, Tangerang, maka malamnya saya menginap di rumah teman di Warung Pojok, Kampung Asam, Semanan. Jam enam lewat beberapa menit pagi hari Kamis 29 Desember, dengan naik ojek online saya berangkat ke Bandara. Hanya sekitar 25 menit ojek yang saya tumpangi pun sampai di Terminal 1C Bandara Soekarno Hatta. Saya lalu melihat TV monitor jadwal penerbangan, alhamdulillah saya tidak terlambat. Karena pesawat baru akan mendarat mendekati jam 8, masih ada waktu sekitar setengah jam buat saya untuk santai menunggu kedatangan ibu Yuzelma.

Sesuai jadwal, pukul 07.55 pesawat Batik air dari Pekanbaru mendarat dengan selamat. Karena antri menunggu bagasi, pukul 08.10 baru ibu Yuzelma terlihat keluar dari terminal kedatangan dan kami bertemu di lobby bandara. Begitu bertemu sayapun lalu langsung memesan taksi online, walaupun ada sedikit gangguan sinyal, namun beberapa saat kemudian kamipun bisa meluncur menuju wisma UNJ, dengan mobil Daihatsu Xenia yang pengemudinya bernama John. Saya duduk di depan, di samping pengemudi yang cukup asyik juga diajak ngobrol.

Karena masa libur sekolah, maka kami tidak mengalami kemacetan yang berarti di sepanjang jalan yang kami tempuh sejauh 40,19 kilometer menuju Wisma UNJ, dan memakan waktu 48 menit. Mengisi kekosongan, kami mengobrol tentang apa saja, yang sesekali ditimpali oleh ibu Yuzelma yang duduk di belakang kami.

 

Murid saya pintar-pintar lho, semua dapat nilai seratus!

 

Sampai di halte busway UNJ yang berada di Jalan Pemuda, Jakarta Timur itu pukul 09.16. Kami langsung menuju wisma dan naik ke lantai 2 tempat dimana biasanya TWC diadakan. Tapi saat saya lihat tidak ada aktifitas di ruangan rapat lantai 2, saya dan ibu Yuzelma langsung naik menuju lantai 3. Benar saja, begitu sampai di lantai tiga kami langsung masuk ke ruangan tempat pelatihan dan melihat acara sudah dimulai, kami terlambat beberapa menit dan tidak sempat mengikuti pembukaan dari awal. Namun kami masih beruntung, karena acara belum sampai pada penyampaian presentasi materi pelatihan, legaaaa….

Saya sendiri lalu segera mengeluarkan peralatan tempur dari tas punggung, sebuah kamera dan lampu kilat. Tanpa harus menunggu aba-aba pun saya mulai beraksi, mengabadikan suasana TWC 6 yang diikuti oleh 22 orang guru dengan berbagai disiplin ilmu dari berbagai daerah di Indonesia. Selesai memotret mendokumentasikan acara pelatihan, lalu menguploadnya di group Teaching Writing Camp #6 Facebook. Selesai posting kembali mengikuti acara yang sedang berlangsung, menambah ilmuuuuuu….. 🙂

 

Itu peserta perlu dikasih makan siang nggak ya?

 

Pak tinggal satu pak…., di obral pak, diobral…., buat beli tiket pesawat ke Pekanbaru pak… beli pak yaaaa….. 🙁

Join the Conversation

5 Comments

  1. Semoga ilmu TWC Batch 6 bisa selalu diamalkan dan dijadikan motivasi yang gak pernah padam.

  2. Betul ibu Ramaniar, dan komunikasi antar sesama peserta di group akan selalu memicu dan memacu semangat kita untuk meningkatkan kemampuan menulis kita

    Terimakasih telah berkunjung

    Salam

  3. Saya rasa ini training yang baik
    semoga saja para guru ini sesampainya di tempat tugas atau kehidupan pribadi masing-masing bisa menjadi penggerak lingkungan di sekitarnya untuk bersama-sama gemar menulis dengan cara yang baik (dan bertanggung jawab)

    salam saya Ayah

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.