
Rumah ini kini hanya tinggal kenangan, karena sudah di renovasi oleh si pemilik baru.
27 tahun kami tinggal di Tomang, kalau ditulis kisahnya, mungkin akan menjadi sebuah buku. Tapi saya hanya akan menuliskan kisah terjalinnya hubungan silaturrahim di rumah itu yang berhubungan dengan teman-teman yang berkenalan di dunia maya.
Sejak saya aktif menjadi blogger dengan membuka akun di Kompasiana 19 November 2009, satu persatu teman-teman sesama blogger di Kompasiana, singgah kerumah. Ada yang singgah karena kebetulan lewat di depan rumah saya, ada juga yang singgah karena saya ajak untuk singgah karena kebetulan habis mengikuti acara yang sama.
Rumah yang saya tinggali hanyalah rumah sederhana berukuran 5 X 12 meter, terdiri dari tiga bagian. Bagian depan berupa kios, di tengah sebagai studio foto dan bagian belakang terdapat dapur dan kamar mandi. Di bagian belakang ini terdapat lantai atas yang difungsikan sebagai kamar tidur, satu besar dan satu lagi kecil. Tapi sejak dua anak saya menikah dan masing-masing tinggal di rumah mertua, kamar yang kecil berubah fungsi jadi gudang. Awalnya bagian tengah bawah khusus untuk foto studio. Tapi sejak lahirnya si bungsu Rizqy, ruang studio ini kalau malam juga berfungsi sebagai kamar tidur, karena repot turun naik menggendong Rizqy, begitu juga bila Rizqy ingin pipis, karena sejak bisa berjalan Rizqy sudah dibiasakan pipis di kamar mandi dan tidak ngompol sembarangan.
Aktifitas saya di Kompasiana maupun di Facebook menghasilkan banyak teman. Pertemanan di dunia maya ini berlanjut ke dunia nyata sejak saya sering mengikuti acara yang diadakan oleh Kompasiana. Apakah itu dalam acara nangkring, diskusi bulanan atau acara yang disponsori oleh berbagai pihak yang bekerjasama dengan Kompasiana. Rumah saya ini juga sempat menjadi persinggahan atau tempat transit bagi teman-teman blogger yang baru pertama kali datang ke Jakarta, atau yang tidak mempunyai keluarga di Jakarta saat mengikuti event blogger, baik yang diadakan oleh Kompasiana atau pihak lainnya. Dari sinilah hubungan silaturrahim dengan teman-teman tersebut terjalan lebih intens. Beberapa diantaranya ada yang sempat saya adakan kunjungan balasan ke tempat asal mereka. Berkenalan dengan keluarganya, malah kopdar dengan teman-teman lain yang juga berasal dari kota yang sama.
Satu hal yang tidak dapat saya lupakan juga adalah peristiwa 3 tahun yang lalu, saat saya bersama anggota grup kelas inspirasi berbuka bersama di rumah. Uniknya, semua jamuan makan maupun takjilnya mereka masing-masing yang bawa. Menyambut kehadiran mereka, kami menghidangkan penganan khas daerah Minang, ketan yang dibungkus pakai kulit pisang yang di kampung kami namanya samiatun dan srikaya telor yang dimasak sendiri. Akhirnya sekian banyak makanan yang beraneka ragam itu menghiasi buka bersama kami. Maknyusss….
Tidak hanya teman-teman yang datang dari daerah yang menjadikan rumah saya ini sebagai tempat transit, tapi ada juga teman yang baru pulang dari negara dimana mereka bekerja. Apakah itu dari Malaysia, Hongkong, Taiwan dan beberapa negara lainnya. Beberapa diantaranya sudah menganggap saya sebagai orang tua sendiri, dan memanggil saya ayah, dan bagi saya mereka semua juga sudah saya anggap sebagai anak saya sendiri, anak ketemu gede… hehehe.
Salah seorang dari anak saya tersebut yang saya kenal sejak masih gadis, mantan buruh migran di HK dan Taiwan, sampai sekarang tetap menjalin hubungan silaturrahim sampai dia menikah dan kini sudah punya seorang anak laki-laki. Mereka sekeluarga pernah menginap di rumah saya. Datang pada hari Sabtu, lalu hari Minggu pagi kami berombongan main ke Monas menikmati Car Free Day. Selesai menikmati jalan-jalan di Monas dan sepanjang jalan Thamrin, merekapun kembali ke daerahnya.
Ada salah satu dari anak saya tersebut, yang sudah beberapa kali ingin hendak berkunjung ke rumah sejak dia masih gadis, hingga menikah dan punya anak, gagal terus berkunjung. Ada saja halangannya, kadang saat saya punya waktu luang, dianya yang lagi sibuk atau sedang jauh di Cirebon bersama keluarga suaminya. Pernah juga saat mereka punya waktu luang dan siap hendak datang, sayanya yang tidak berada di rumah karena ada pekerjaan di luar. Akhirnya mereka hanya main-main di CentralPark yang jaraknya dari rumah hanya 400 meter.
Selain menerima kunjungan dari teman-teman maupun anak-anak maya saya, saya juga sering berkunjung ke rumahnya teman-teman yang berada di sekitar Jakarta maupun sekitarnya seperti Bekasi, Depok, Tangerang dan Bogor untuk saling mempererat tali silaturrahim. Alhamdulillah dengan saling berkunjung dan menjalin tali silaturrahim, saya mendapatkan banyak teman, saudara dan anak. Sebuah kebahagiaan yang tidak bisa diuraikan dengan kata-kata.
Setahun belakangan kami pindah ke Ciledug. Mengingat rumah kami yang jauh di luar Jakarta, saling kunjung diantara teman-teman maya sayapun jadi berkurang. Tapi tali silaturrahim tetap terjaga, walau hanya lewat dunia maya, FB ataupun Kompasiana.
Banyak foto dokumentasi teman-teman yang berkunjung ke rumah ini, tapi itu akan menjadi dokumentasi pribadi. Karena saya tidak ingin berbuat tidak adil, bagi fotonya yang tidak terakomodir di artikel ini. Kalau teman-teman ingin melihat fotonya, semua ada di album FB saya.
Wah, rumah ayah Dian di Tomang berarti teduh sehingga banyak tamu yang senang berkunjung :). Asyiknya bisa bersilahturahmi dengan banyak teman
Wahhh tinggal di Tomang toh pak Dian. Saudara saya juga ada yg tinggal di sana.
Seru bgt baca tentang pertemanan krn blogging dan aktif di medsos nih…
Wah saya belum sempat mampir ya Pak 🙂
Rumah kami malah panas bung Windhu, walau ada kipas angin tapi nggak begitu terasa. Tapi Alhamdulillah, masih ada yg berkunjung dan saling bersilaturrahim.
Terimakasih telah singgah
Salam
Sekarang sudah nggak lagi Zata, sudah pindah ke Ciledug setahun yang lalu.
Terimakasih telah berkunjung.
Salam
Nggak apa-apa Afriska, soalnya sekarang kan sudah tidak di sana lagi.
Terimakasih telah mampir.
Salam.
Mampir pak ke rumah saya kalau singgah ke bekasi, saya di dekat taman wisma asri.
Insya Allah bung Doni, mudah-mudahan ada waktu kesana nanti.
Terimakasih telah berkunjung
Salam
Sekarang pindah ke Ciledug pak Dian?
Betul bung Eri, hingga Juni nanti. Setelah itu pindah lagi, belum tau kemana.