Hastuti, Dimana Kau Kini Nak?

Foto terakhir, waktu mengantar ke Bandara Soekarno Hatta bulan Maret yang lalu

Foto terakhir, waktu saya mengantar Hastuti ke Bandara Soekarno Hatta bulan Maret yang lalu

 

Chatting terakhir 17 September

Chatting terakhir 17 September

 

 

Selesai shalat magrib dan makan, saya segera berangkat dengan berjalan kaki menuju jalan S. Parman. Lalu naik bus Transjakarta jurusan Pluit, terus menyambung dengan taksi menuju bandara Soekarno Hatta. Seperti yang telah beberapa kali di katakan Hastuti dalam Chattingnya dengan saya, maupun dengan telpon. Bahwa dia akan pulang tanggal 21 September 2013 dan akan mendarat di Bandara Soekarno Hatta sekitar jam 9 malam.

Saya sampai di Bandara Soekarno Hatta jam menunjukkan angka 20:40. Saya lalu melihat monitor kedatangan pesawat yang dari daerah Teluk, Dubai atau Abu Dabi. Di situ tertulis,

Qatar Airways, QR 670 dari Doha 22:05

Emirates Airline, EK 358 dari Dubai 22:35

Etihat Airways, EY 472 dari Abu Dhabi 22:40

Garuda Indonesia, GA 9044 dari Abu Dhabi 22:40

Saya tidak melihat satupun jadwal penerbangan yang berasal dari negeri teluk itu, mendarat sekitar jam 21.00, seperti yang dikatakan Hastuti.

Setelah menunggu lebih dari satu setengah jam sambil Online facebook-an, untuk melihat kalau-kalau ada chatt dari Hastuti, serta juga tiap sebentar mengamati ponsel saya yang lain, kalau ada sms dari dia. Satu persatu pesawat dari kawasan teluk itu mendarat sesuai jadwal. Kenapa saya fokus dengan pesawat yang datang dari negeri teluk? Itu karena Hastuti mengatakan bahwa pesawat yang dari Tanzania, tidak ada yang langsung ke Indonesia. Mereka hanya sampai ke daerah teluk, lalu transit di sana, lalu menyambung ke Jakarta dengan maskapai penerbangan lain yang berasal dari negeri teluk itu.

Saya mengamati semua penumpang yang turun dari pesawat dan melintas di pintu keluar Terminal Kedatangan D1, Bandara Soekarno Hatta itu. Selain warga negara asing, saya juga melihat banyak warga negara Indonesia. Bahkan banyak juga diantaranya para TKW yang dengan aman dan nyaman melintas di hadapan saya, tanpa harus melewati gerbang neraka terminal 3. Gerbang khusus yang diperuntukan bagi para TKW yang pulang kampung dari perantauan mereka mengais dollar di negeri orang.

Habis penumpang Qatar Airways yang datang dari Doha, datang lagi penumpang dari Emirates Airline dari Dubai. Saya lebih teliti lagi memperhatikan, karena kemungkinan tebesarnya Hastuti memang menumpang pesawat yang dari Dubai. Saya hanya bisa menarik nafas, saat tak satupun diantara penumpang itu adalah Hastuti. Dimanakah gerangan dia?

Satu lagi pesawat mendarat, yaitu Etihad dari Abu Dhabi. Kembali saya mengawasi penumpang yang lewat di depan mata saya, namun kembali pula saya menahan kekecewaan. Karena Etihad mendarat beriringan dengan Garuda, setela penumpang Etihad habis saya gerjalan ke gerbang E1, tempat keluarnya para penumpang Garuda. Namun saya juga tidak menemukan Hastuti di sana.

Dengan langkah gontai saya kembali keterminal D1. Sambil berjalan, mata saya tak lepasnya melihat kearah penumpang pesawat yang baru turun. Saya lalu melihat jam, sudah menunjukkan angka 00.05 berarti sudah masuk hari Minggu 22 September.

Beranda Terminal D1 Bandara Soekarno Hatta pukul 03.30 pagi

Beranda Selatan Terminal D1 Bandara Soekarno Hatta pukul 03.30 pagi

Saya bertahan di teras tempat menunggu kedatangan penumpang. Perlahan tapi pasti, manusia yang bersileweran di teras Bandara Soekarno Hatta itu semakin sepi. Para petugas bandarapun sudah banyak yang pulang. Tinggal hanya petugas keamanan bandara, itu juga hanya beberapa orang, dan semakin lama semakin berkurang dan menghilang.

Jam menunjukkan pukul 00.30, saat saya teringat bahwa saya belum shalat Isya. Saya lalu segera menuju mushalla yang ada di lantai dua, tempat beradanya terminal keberangkatan. Saat memasuki area mushalla, saya melihat banyaknya calon jamaah haji yang tengah menungu keberangkatan ke tanah suci. Mereka berkumpul di sekitar mushalla dan juga beranda luas ruang tunggu terminal keberangkatan.

Setelah mengambil wudhuk, saya masuk ke mushalla. Rupanya di sana juga berkumpul banyak para jamaah calon haji. Mereka tidur di dalam mushalla menunggu jadwal keberangkatan pesawat.

Selesai shalat Isya, saya kembali turun ke teras terminal kedatangan D1, di lantai satu, suasana di sana semakin sepi. Saya lalu masuk keruang tunggu kedatangan, hanya beberapa petugas yang kelihatan. Saat itu saya berfikir untuk pulang saja ke rumah di Tomang. Tapi hati kecil saya belum mengizinkan, karena saya melihat di monitor informasi kedatangan pesawat, masih terdapat satu pesawat Emirates lagi yang akan datang dari Dubai dan akan mendarat pada pukul 05.55 pagi.

Di tengah ruang tunggu yang sepi, akhirnya saya membaringkan diri di atas salah satu bangku. Mengeluarkan kain sarung, lalu menutup muka dari silaunya lampu-lampu yang menyala di ruang tunggu itu. Karena tubuh tua yang telah letih seharian, dalam sekejap sayapun tertidur.

Beranda Utara Terminal D1 Bandara Soekarno Hatta pukul 03.30 pagi

Beranda Utara Terminal D1 Bandara Soekarno Hatta pukul 03.30 pagi

Saya terbangun saat jam menunjukkan angka 03:30. Saya duduk sejenak sambil menatap ruang kedatangan yang kosong, setelah itu langsung naik ke lantai dua, menuju mushalla untuk melaksanakan shalat tahajud. Rupanya jamaah calon haji itu masih belum berangkat, mereka masih berkumpul di sekitar mushalla. Ada yang masih tidur, ada juga yang tengah melaksanakan shalat tahajud, serta ada juga yang tengah berzikir menunggu datangnya subuh. Serta ada juga yang tengah mengobrol, dari bahasanya beberapa diantaranya terdengar bercakap-cakap dalam bahasa Minang.

Selesai shalat tahajud saya meneruskan berzikir dan berdoa menunggu datangnya waktu subuh. Namun fikiran saya tak lepas dari Hastuti yang sampai saat itu tidak jelas di mana keberadaannya. Dia memang hanya seorang anak maya saya, sebagaimana banyak anak maya saya yang lain. Tapi karena di Jakarta dia tidak mempunyai keluarga yang bisa menjemputnya ke bandara, maka sayalah yang harus menjemputnya. Disaat itu doa saya hanya untuknya, untuk keselamatannya, dimanapun dia berada.

Selesai shalat subuh berjamaah di mushalla bandara, saya kembali turun ke ruang tunggu. Pukul 5 pagi itu bandara masih sepi. Tapi, satu persatu petugas bandara mulai berdatangan. Untuk melawan dingginnya pagi itu, saya lalu mendekati mini market yang jaraknya hanya sekitar sepuluh meter dari bangku tempat saya tidur tadi. Beruntung minimarket itu menyediakan air panas buat menyeduh kopi, maka dalam sekejap segelas kopi instanpun hadir di hadapan saya. Hebatnya juga, minimarket itu juga menyediakan bar dan bangku untuk duduk menikmati kopi. Sebagai pengganjal perut, sebuah popmie ikut hadir menemani.

Baru saja saya menyeruput kopi, dan mencoba menikmati popmie yang telah terhidang, pengumuman mendaratnya pesawat Emirates, membuat mata saya kembali fokus ke pintu kedatangan. Hingga popmie tuntas pindah lokasi ke perut saya, belum satupun penumpang yang keluar dari pintu ruang kedatangan. Rupanya custom clearance-nya lumayan makan waktu juga.

Pintu Kedatangan Terminal D1

Pintu Kedatangan Terminal D1 pukul 5 pagi

Satu persatu penumpang Emirates itu, mulai keluar dari pintu kedatangan. Selain wajah-wajah Arab yang putih, saya juga melihat wajah-wajah Afrika yang berkulit gelap. Tentu saja juga wajah-wajah lokal, serta beberapa TKW yang baru pulang kampung.

Kembali saya harus menelan kekecewaan, karena yang saya tunggu-tunggu tidak terlihat diantara mereka yang keluar dari pintu kedatangan itu. Dengan pikiran menerawang serta perasaan yang sulit diungkapkan, saya keluar dari ruang tunggu terminal kedatangan D1 itu.

Saya berjalan menyusuri teras bandara, tempat bersilewerannya orang yang datang dan pergi dengan kepentingannya masing-masing. Walaupun mata saya tetap berusaha untuk melihat kalau-kalau ada Hastuti di tengah kerumunan orang-orang itu, tapi pikiran saya melayang jauh ke daratan Afrika sana, ke kaki gunung Kilimanjaro. Di sanalah Hastuti mencari ilmu dan menyelesaikan kuliahnya enam bulan terakhir. Sejak saya mengantarnya ke bandara ini bulan Maret yang lalu.

Betapa bahagianya dia ketika bulan Agustus lalu saat mengatakan kuliahnya telah selesai. Lalu beberapa waktu kemudian dengan kebahagiaan yang lebih, dia mengatakan bahwa dia telah menerima tanda kelulusannya berikut denga nilai-nilai yang diraihnya. Untuk merayakan keberhasilannya, diapun berlibur ke pulau Zanzibar dan sangat menikmati liburan menjelang kepulangannya ke tanah air itu. Lalu mengatakan bahwa dia akan pulang tanggal 21 September 2013. Bahkan di chatting terakhir tanggal 17 September lalu, dia kembali memastikan kepulangannya tanggal 21 September dan sampai di bandara jam 9 malam. Di akun Facebooknya tanggal 19 September Hastuti masih sempat membuat status dan tautan.

21 September telah berlalu, dan di pagi 22 September ini saya masih berada di bandara Soekarno Hatta dengan tangan hampa, serta perasaan yang campur aduk.

Hastuti, di mana kau kini nak?

 

Status terakhir Hastuti di akun FBnya

Status terakhir Hastuti di akun FBnya

 

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.