Seorang ayah tak kan pernah berhenti bekerja, walau semua kebutuhan telah dicukupi oleh anak-anaknya yang telah berhasil “jadi orang”
Bukan karena terpaksa, tapi karena pasion atau juga karena rasa tanggung jawab yang melekat dalam dirinya sepanjang hayat. Diam di rumah tanpa melakukan apa-apa karena semua telah tercukupi, adalah siksaan bagi sang ayah. Dia akan merasa dipenjara, terkungkung, walau pada kenyataan dirinya bebas tak ada yang mengikat, tapi karena mengikuti perintah sang anak yang memenjarakan dirinya untuk tetap berada di rumah.
Kebahagiaan baginya adalah bekerja, bekerja dan bekerja. Mungkin apa yang dikerjakannya saat ini tidak lagi sekeras dan seberat saat anak-anak masih sekolah dan butuh biaya yang besar.
Bisa saja pekerjaan yang dilakukannya hanya sekadar merapikan tanaman di kebun, atau membersihkan halaman rumah, namun itulah sorga bagi dirinya.
Saya punya teman yang sudah cukup berhasil di rantau, sehingga dia bisa mendatangkan kedua orang tuanya dan mengajak keduanya tinggal bersama di rumahnya yang cukup besar dan lega berikut kamar untuk kedua orang tua.
Tapi apa yang terjadi? kedua orang tuanya hanya betah seminggu di rumah besar sang anak. Kedua orang tua sudah mendesak untuk segera kembali ke kampung halamannya. Kenapa? ya, seperti yang saya sebutkan di atas tadi. Mereka tidak betah dan merasa terpenjara di rumah besar sang anak. Mereka merindukan kampung halamannya, hidup sederhana sambil melaksanakan tugas rutinnya setiap hari, mengisi hari tua yang mungkin tidak lama lagi mereka nikmati.
Jadi, jangan pernah memaksakan kehendak terhadap kedua orang tua, walaupun Anda sudah sukses seperti apapun. Mereka punya dunia sendiri, yang mungkin nanti juga Anda rasakan saat usia telah beranjak tua. Cukup Anda memberikan semua kebutuhan mereka, tapi jangan paksa mereka untuk melakukan yang Anda inginkan, hanya karena ingin membahagiakan mereka. Karena bahagia menurut kita, berbeda jauh dengan bahagia menurut mereka.